Keliru

Desember 10, 2017

Saya keliru selama ini. Mengangguk setuju pada kalimat Om Pinot untuk menggambar dengan hati, tanpa ekspektasi, tanpa memedulikan kata-kata orang lain. Kenyataannya? Saya lebih sering menggambar penuh dengan berbagai ekspektasi dan haus exposure.

Saya akui saya getol menggambar supaya saya 'dilihat' orang lain. Pengalaman saat SD, dengan menggambar, saya jadi tidak dibully atau diremehkan karena saya gendut dan cupu. Tapi sekarang, ketika sudah dewasa, rupanya kurang tepat ketika menggambar dilakukan untuk sekadar eksis dan 'dilihat' orang.

Saya memang suka menggambar. Itu yang memang saya sukai, terlepas dari saya jadi 'dilihat' orang atau tidak. Saya suka. Karena itu yang saya bisa banggakan. Saya sadar itu nilai plus diri saya yang bisa saya kembangkan ke arah positif.

Tapi ketika orang kemudian berekspektasi...dan mengarah ke mendikte karya saya, rasanya itu tidak nikmat lagi. Sungguh.

"Dudu artist dong nek terima komplen ubah desain/gambar," kata salah satu teman baik saya. Membuat saya semakin njaprut :((

Lalu ternyata kembali lagi ke diri saya yang mungkin terlalu bersemangat untuk 'menjual' karya yang bahkan masih mentah dan belum memiliki style pasti. Itu membawa saya memasang karya yang saya anggap bagus di media sosial saya. Hmm ya.. 'dianggap bagus' dan media sosial. Pengen banget eksis yha mbag? :((

Dari galeri media sosial itulah orang berekspektasi bahwa karya saya akan selalu begitu. Padahal saya susah payah memunculkan style seperti yang telah saya pajang di medsos. Karya elek nan perih lainnya banyak kok. Tapi mental pengen eksis dan selalu pengen dilihat bagus sama orang..euh..selalu lebih mendominasi.

Tidak selamanya saya bisa mengulang style yang sama. Style saya rasa akan selalu terasa berbeda meski wujudnya sama. Keinginan untuk mengembangkan dan mengeksplor style itu ada. Selalu ada. Tapi tentu tidak dengan dipaksa/terpaksa karena kahanan yang menuntut untuk bagus supaya bisa 'dijual'.

Tidak bisa.

Mungkin ke depan saya akan lebih banyak menggambar untuk diri sendiri. Dan untuk tidak ragu menampilkan proses saya menggambar. Behind the scene yang elek-elek. Supaya tidak memunculkan ekspektasi orang.

Baru sadar tentang semua itu setelah saya sampai di titik ini. Saat saya sudah ada pekerjaan utama yang juga menuntut tenggat. Saya rasa kurang baik juga jika saya memaksakan diri untuk membuat hobi saya terlibat dengan tenggat. Saya butuh benar-benar bersenang-senang dengan hobi saya.

Mengingat juga saya tidak ada basic pendidikan formal soal menggambar, senirupa, desain, ilustrasi atau apapun. Murni itu kesenangan yang kemudian saya pelajari sendiri. Observasi, njajal-njajal sendiri. Jadi rasanya kurang pas juga ketika harus meluluskan imajinasi orang lain untuk menggambar begini dan begitu.

Hal lainnya, hobi yang dibayar itu sangat menyenangkan. 2014 awal. Waktu itu pertama kali saya menggambar dan dibayar. Sueneng. Muncul motivasi untuk terus improve dalam menggambar. Tapi semakin kesini, kurang tepat juga jika saya masih mengharap tambahan pundi-pundi dari hobi. Kalau ngerjainnya enjoy sih nggak masalah, tapi ketika tidak enjoy, saya nggak akan lakukan. Apa bedanya dengan ketika saya mengerjakan pekerjaan pokok saya yang enjoy nggak enjoy harus enjoy? Situ kerja apa dikerjain? Gitu kan kata Eyang Bob Sadino~ Makanya saya enggak mau dikerjain lagi.

Ya sudah kalau begitu. Ini hanyalah tulisan bentuk kekagolan yang diampet. Malah jadi sadar dan tau harus apa dan bagaimana selanjutnya.

Saya nggak menyalahkan siapapun. Tidak salah menuntut untuk minta tolong dibikin begini dan begitu di ranah profesional. Apalagi pekerja kreatif, pasti akan akrab dengan hal itu. Ini mah sayanya aja yang lagi kagol dan tidak enjoy dengan itu.

Salam ♥
 
 
 
 
 
Gambar yang bikin saya kagol
 
 
Dan saya masih harus nggambar pesenan habis ngomel-ngomel di sini. It's okay :'

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe